Aku memperhatikan ragu wanita tua itu. Dengan lihainya
ia mengocok kartu dan memintaku memilih tiga kartu untuk disusun. Selvi dan
Fajar sesekali berbisik kecil entah apa yang mereka bicarakan, mereka sedikit
menahan tawanya.
“Kamu dilanda kebingungan dalam memilih pekerjaan yang
datang menghampiri, sedang malas kuliah ingin segera lulus dan sedang menunggu
suatu kabar,”
Aku hanya mengangguk dan memilih kembali tiga kartu.
Aku sama sekali tidak percaya ramalan sekalipun. Kalau bukan hanya sekedar
menunggu hujan reda aku tidak berminat mengikuti permainan ini.
“Ada dua orang yang menyukaimu, tapi hanya satu yang
kamu suka. Kalian sama-sama suka,”
Aku tersenyum tak simetris. Siapa yang aku suka? Aku
rasa pikiranku lebih tepat dan akurat untuk meramal hatiku. “Hatiku masih
hampa,” gumamku dalam hati. Sambil menopang dagu dan memperhatikan wanita tua
berambut gimbal dengan bau di badannya itu. Wanita itu masih mendaratkan
pandangannya pada susunan kartu.
“Yang ini siapa?” tanyaku sambil menujuk pada kartu
Scop King.
“Dia selalu memberimu segalanya, dia sangat
tergila-gila padamu, tapi kamu tidak meresponnya,”
“Andri!!!” teriak Selvi.
Astaga aku baru sadar akan satu temanku yang bernama
Andri. Dia baik kepadaku, aku menganggap semua kebaikannya karena dy teman
baikku.
“Hati-hati, dia sedang menggunakan magic untuk membuat
kamu suka dengannya,” suara wanita tua itu membuat kami serentak terkaget.
“Maksudnya? Pelet?” Aku sedikit tidak yakin, wanita
itu hanya mengangguk.
“Lantas siapa jodohku?” tanyaku spontan. Yah, aku
hanya bertanya ringan tidak ingin bertele-tele dengan ramalan yang bagiku itu
tidak pasti.
“Dia jodohmu! Lelaki bertubuh sedikit gemuk yang
sekarang sangat dekat denganmu,” ujar wanita itu sambil menujuk pada sebuah kartu
Queen.
Selvi menatap fajar. Fajar tersenyum, wajahnya sedikit
memerah.