Saturday 30 August 2014

Menikmati Kembang Api di Tepi Pantai Santolo



Seluruh masyarakat di belahan dunia tengah bereporia menyambut tahun baru 2013, tradisi yang setiap tahun di tandai dengan pesta kembang api di malam hari tepat pukul 24.00 ini menjadi momen yang sangat di tunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat dunia.
Hamparan cahaya menari di atas langit. Berjuta pasang mata menyaksikan kala detik-detik waktu yang terus berlalu. Meskipun pesona keindahannya hanya sesaat, namun kenangan yang tertuai di setiap momennya tidak akan raib dilupakan.
Jalanan kota dihiasi oleh warna warni terompet dan kembang api. Pria keriput itu tak ingin melewatkan momen singkat ini untuk terus mengais rezeki. Mengumpulkan sisa tenaga dari paruh usianya dengan berkarya membuat puluhan terompet, menafkahi istri dan anaknya yang juga tak ingin melewatkan pentas seni kembang api.
Rintikan hujan masih mengguyur sejak tadi sore. Kekhawatiranku mulai tersirat kala tetesan yang jatuh dari langit itu belum berhenti menitikan kecemasan yang tak kunjung reda hingga senja tiba. Akhir-akhir ini hujan memang sering datang tak perlu diduga. Merayakan pergantian tahun di musim hujan memang bukan idaman bagi mereka yang tak ingin melewatkan tanpa kesan.
Kebanyakan anak muda merayakan malam tahun baru bersama pacar mereka. Bergandengan tangan penuh mesra menjadi suatu hal yang biasa. Entah kemana orang tua mereka melepaskan buah hatinya yang mereka anggap dewasa, berkeliaran di malam yang tidak akan tidur itu. Riuh gaduh pun terdengar. Para geng motor ramai-ramai berkonvoy, meneriakan knalpotnya, mengiramakan klaksonnya, membuat kewalahan para penegak hukum lalu lintas jalanan.
Hingga hiruk pikuk itu sempat terdengar di sejumlah masjid. Umat muslim berdzikir di rumah Allah. Bertafakur dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama ini. Merenungi dosa sambil mengucapkan kalimat istigfar berkali-kali dan menitikan air mata. Mereka memanfaatkan detik bergulir pergantian tahun dengan mendekatkan diri pada sang pencipta.
Malam pergantian tahun itu bukan suatu kehedonisan. Ada pula yang memilih diam di rumah, berkumpul bersama keluarga. Membuat pesta kecil di belakang halaman rumahnya, sambil membakar jagung mentega bersama sanak saudara. Lihat lah, bisa dibayangkan indahnya kala kebersamaan keluarga penuh dengan canda tawa.
Menikmati tahun baru di luar rumah bukan juga berarti ingin berfoya-foya. Sebagian dari mereka termasuk aku, menyaksikan keindahan malam pergantian tahun bersama para sahabat di tepian pantai. Pantai sayang helang garut jadi sasaran kami. Kami bernafas lega setelah hujan akhirnya reda pada detak waktu 2 jam sebelum hari itu berganti.
Atmospir sorak sorak gembira dan tiupan terompet mendesak waktu yang tak bisa diburu-buru. Kameraku sudah berjaga seakan tak mau melewatkan keindahan kembang api di tepi pantai. Desiran ombak malam tak lagi kelam dibiasi percikan cahaya kembang api. Mereka bersorak gembira, menghitung mundur detak jam yang akan berganti. Ya allah betapa indahnya cahaya warna warni yang menari di atas langit ini.
Good bye 2012, wellcome 2013. Yel yel itu kami teriakan sambil mengucapkan beberapa harapan. Resolusi di tahun baru yang tentunya ingin menjadi lebih baik. Meninggalkan tahun 2012 bukan hanya dilewatkan begitu saja. Banyak kenangan indah di tahun yang sekarang resmi disebut tahun kemarin itu. Banyak peristiwa indah, mengesankan, menyedihkan,  mengharukan bahkan suatu tragedi yang tidak pernah bisa ku lupakan. Ku tutup album tahun itu. Membuka lembaran baru dengan tekad perubahan.
Meski malam tahun baruku tak semegah kincir raksasa london eyes di Inggris, atau gedung Casa de Correos Spanyol, bagiku ini adalah masa dimana aku akan mengukir lagi kenangan terindah bersama sahabat-sahabatku. Momen sederhana ini terasa bermakna ditemani sahabat yang sellau menemani saat suka dan duka.

Friday 8 August 2014

Orang Ketiga

Kita ga pernah tau kapan rasa ini ada karena perasaan ini mengalir gitu aja.
Ketika semesta tiba-tiba mempertemukan kita dalam kesamaan yang mendominasi.  Dalam ruang yang seolah disetting untuk mengutarakan kebetulan yang keseringan.

Hingga akhirnya kita saling nyaman, saling ketergantungan, saling membutuhkan dan saling memikirkan.

Kali ini aku mengakui kalau aku ini makhluk yang lemah. Yang akhirnya luluh dan mempersilahkan masuk perasaan yang sebenarnya terlalu lancang aku rasakan.
Hingga aku harus mengintip tiap celah takdir dan mempertanyakan keberadaanmu. Dan memikirkan dimana kamu letakan aku?

Tapi aku tau diri. Biarkan lagu Maudy Ayunda ini jadi soundtrack-ku kali ini. Meski kadang devil dan angel memperdebatkan rasa ini. Dan aku mulai lelah. Padahal aku belum melangkah. Aku masih terpaku dalam satu langkah maju atau mundur.
Maju dengan menghasut takdirku atau mundur dengan kesadaran diriku.
Maju dengan meyakini kamu atau mundur dengan tidak mengganggu pikiranmu.
Dan aku berusaha tidak kepo dengan perasaanmu.
Entah sebesar apa rasa itu, dan kali ini devil yang mendominasi pikiranku.
Aku ini pelampiasanmu!
Kala kamu butuh apa yang tidak ada di dirinya. Berasa penghibur ketika kamu jenuh dengan sikapnya.
Dan kamu adalah sutradaranya, ketika kamu harus memilih siapa pemeran utamanya.
Aku mohon, devil jauh jauh dariku. Buang prasangka burukku.
Meski aku pernah memprediksikan ini, aku tau konsekuensinya kalau kemungkinan kecil kamu milih aku.
Jadi ini rasanya menjadi kandidat yang dipilih dari pilihan. Bukan satu satunya pilihan.
Bukan sakit lagi, perih rasanya.

Ketika dia yang tlah lama mendampingimu tiba-tiba tersadar dan memberikan apa yang kamu mau. Tunggu apalagi, yakini hatimu dan jangan lagi mengotak ngotakan perasaanmu. Pergilah dengan dia yang punya segalanya. Yang pernah kamu perjuangkan perasaannya. Yang lebih awal dipercaya semesta. Yang lebih dulu menggoyahkan perasaanmu. Yang lebih dulu memberikan pelangi dimatamu.
Cukup dia jadi pelabuhan terakhirmu. Dan cukup aku yang jadi korbanmu. Melakoni peranku berpura-pura sambil melengkungkan senyuman terbaik membayangkan dia yang mendampingimu dipelaminan itu.
Lalu bagaimana denganku?
Biarkan aku disini menyendiri melepas mimpi. Melupakan janji kita.
Belajar menerima siapapun selain kamu. Terlalu disayangkan kalau perasaan ini dibuang. Biar bersemayam agar doa kebaikan untukmu ini terus dipanjatkan.

Bagaimana dengan tuhan ketika melihat umatnya yang memikirkan dua jalan dan jalanNya diragukan.

Maaf kalau aku terlalu menyinggung tuhan. Bukankah rasa ini juga dari tuhan?
Aku rasa Allah punya maksud lain dibalik ini. Dan aku harus punya ancang-ancang untuk belajar ikhlas melepaskan.

Aku punya apa untuk meyakini mu kalau aku ini yang terbaik buat kamu.
Menyebut namamu dan mendoakan kebaikanmu saja aku masih bersembunyi diam-diam. Cukup jadi urusan aku dengan Nya.

Malaikat akhirnya memberontak. Kalau aku ini harus bijak.
Tetap berprasangka baik.
Tersenyum dan melangkah kebelakang. Mundur.
Tak usah memaksa takdir.
Pasrah.
Karena waktu masih terus berjalan.
Semesta masih terus memperhatikan tiap gerak gerik dan pemikiran.
Hanya untuk satu hal: sebuah pembelajaran.
Allah menciptakan kita sebagai umat yang pandai berfikir. Membaca pertanda yang diberikanNya.

"Aku adalah ujian buat kamu ketika kamu harus lebih yakin dengan pilihanmu dan kamu adalah ujianku ketika aku harus lebih yakin dengan takdirNya,"

Comments system

Disqus Shortname

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Instagram Photo Gallery