Tuesday 3 December 2013

*Mewartakan Pengalaman Seorang Pewarta*





Berada dibarisan bangku paling depan aku memperhatikan secara antusias seorang pria berkacamata penuh karisma di sebuah ruangan berisi 30 orang itu. Dengan sigapnya, aku mengeluarkan buku catatan dan pena biruku. Akrab dipanggil Mas Beginu, ia merupakan wartawan senior Kompas yang memaparkan materi penulisan media digital dalam Workshop dan Seminar "Kompas Saba Kampus", Senin (2/12) di Kampus Universitas Khatolik Parahyangan Bandung.

 Hal yang paling menarik adalah ketika ia memaparkan kehidupan kewartawananya saat ditugaskan meliput istana Presiden. Empat tahun lamanya ia mewarta kejadian yang berkaitan dengan kepresidenan. Dont judge a book by its cover. Mungkin itu adalah kalimat populer yang sering digunakan sebagai istilah yang menunjukan bahwa kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dari tampilannya saja. Dibalik cerita SBY mengatur negaranya, ada kisah kegemaran SBY bernyayi, SBY berlatih pidato, kebohongan pemerintah dihadapan publik, publisitas pemerintah, tepuk tangan dan tingkah laku pejabat tanah air jadi bagian dari kisah kewartawanannya Mas Beginu yang tak segan ia tulis dalam buku best sellernya. Tentunya dengan melakukan verifikasi, rasa ingin tahu dan kejujuran yang ditegakkan.

Pemikiran "out of the box" dan naluri skeptis yang dimiliki membuat ia mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting. Sungguh karya jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan. Ia pandai mengemas sebuah tulisan yang sangat menarik bagi para pembaca. Atmosfir jurnalisku perlahan bangkit kembali setelah sebelumnya gagal di sebuah media akibat mempertahankan keidealisan-ku. Sempat khawatir untuk melanjutkan kembali berkarya di era konglomerasi media ini. Namun, ucapan Mas Begitu membuatku tidak takut memegang amanat khalayak untuk menyebarkan informasi yang benar dan relevan. Semangatku kini membara! "Not Meaning Just Money," ungkap Mas Rene dalam seminar Importance of Passion and Creativity in Media Industry.
Kata-kata motivasi itupun menjadi energi positif kalau uang itu bukan tujuan utama. Saat ini banyak oknum wartawan yang memanfaatkan profesi kuli tintanya, atau sekedar menjadi buruh bagi medianya. "Apa mau disebut wartawan amplop?" lontar Mas Beginu. Pria yang memiliki 400 lebih tulisan di blog kompasiananya itu mengajarkan peserta untuk tidak menerima sogokan atau pamrih seperti yang dididik Kompas kepada wartawannnya. Senang sekali bisa mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dari Kompas Kampus. Mendapatkan pelajaran dari pengalaman berharga kewartawanan seorang jurnalis senior. Semoga nanti saya bisa bertemu kembali dengan Mas Beginu di ruang redaksi. Berharap besar bisa berkarya di media yang tidak memiliki kepentingan partai seperti Kompas. Kalaupun mungkin belum bisa bergabung di Kompas, setidaknya yang namanya "cinta" tidak harus memiliki.

No comments:

Post a Comment

Comments system

Disqus Shortname

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Instagram Photo Gallery