Berada dibarisan bangku paling depan aku memperhatikan
secara antusias seorang pria berkacamata penuh karisma di sebuah ruangan berisi
30 orang itu. Dengan sigapnya, aku mengeluarkan buku catatan dan pena biruku. Akrab
dipanggil Mas Beginu, ia merupakan wartawan senior Kompas yang memaparkan
materi penulisan media digital dalam Workshop dan Seminar "Kompas Saba
Kampus", Senin (2/12) di Kampus Universitas Khatolik Parahyangan Bandung.
Hal yang paling
menarik adalah ketika ia memaparkan kehidupan kewartawananya saat ditugaskan
meliput istana Presiden. Empat tahun lamanya ia mewarta kejadian yang berkaitan
dengan kepresidenan. Dont judge a book by its cover. Mungkin itu adalah kalimat
populer yang sering digunakan sebagai istilah yang menunjukan bahwa kita tidak
boleh melihat sesuatu hanya dari tampilannya saja. Dibalik cerita SBY mengatur
negaranya, ada kisah kegemaran SBY bernyayi, SBY berlatih pidato, kebohongan
pemerintah dihadapan publik, publisitas pemerintah, tepuk tangan dan tingkah
laku pejabat tanah air jadi bagian dari kisah kewartawanannya Mas Beginu yang
tak segan ia tulis dalam buku best sellernya. Tentunya dengan melakukan
verifikasi, rasa ingin tahu dan kejujuran yang ditegakkan.
Pemikiran "out of the box" dan naluri skeptis
yang dimiliki membuat ia mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap
penting. Sungguh karya jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan. Ia pandai
mengemas sebuah tulisan yang sangat menarik bagi para pembaca. Atmosfir jurnalisku
perlahan bangkit kembali setelah sebelumnya gagal di sebuah media akibat
mempertahankan keidealisan-ku. Sempat khawatir untuk melanjutkan kembali
berkarya di era konglomerasi media ini. Namun, ucapan Mas Begitu membuatku
tidak takut memegang amanat khalayak untuk menyebarkan informasi yang benar dan
relevan. Semangatku kini membara! "Not Meaning Just Money," ungkap
Mas Rene dalam seminar Importance of Passion and Creativity in Media Industry.
Kata-kata motivasi itupun menjadi energi positif kalau
uang itu bukan tujuan utama. Saat ini banyak oknum wartawan yang memanfaatkan
profesi kuli tintanya, atau sekedar menjadi buruh bagi medianya. "Apa mau
disebut wartawan amplop?" lontar Mas Beginu. Pria yang memiliki 400 lebih
tulisan di blog kompasiananya itu mengajarkan peserta untuk tidak menerima
sogokan atau pamrih seperti yang dididik Kompas kepada wartawannnya. Senang
sekali bisa mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dari Kompas Kampus.
Mendapatkan pelajaran dari pengalaman berharga kewartawanan seorang jurnalis
senior. Semoga nanti saya bisa bertemu kembali dengan Mas Beginu di ruang
redaksi. Berharap besar bisa berkarya di media yang tidak memiliki kepentingan
partai seperti Kompas. Kalaupun mungkin belum bisa bergabung di Kompas,
setidaknya yang namanya "cinta" tidak harus memiliki.
No comments:
Post a Comment