Wednesday 21 March 2012

Yang Penting Itu Niat :)


A part of my xtraordinary journal
Yang membuat hidup ini menarik adalah kemungkinan mewujudkan impian menjadi kenyataan.
Tepatnya pukul satu dini hari aku tak merasakan udara dingin yang biasa kurasakan di kota lautan api. Ketika pertama kali aku menginjakkan sepatu converseku di gedung trans, aku memejamkan mata dan membayangkan seolah baju trans crop terpasang kece ditubuhku. Dengan tali name-tag yang melingkar dileherku. Hingga semua pasang mata bisa melihat ID yang mencantumkan namaku sebagai seorang Program Direction.
“Kami satu kami fikom unisba, sing it duadi diridam diridum...,”
Kurang lebih 350 MABA Fikom angkatan 2011 diberi pengarahan dan pembinaan. Salah satunya dikasih materi pertelevisian oleh seseorang yang mengaku sudah 9 tahun berkecimpung di dunia media. Namun, di aula unisba itu aku baru melihatnya.
Sesosok itu melemparkan senyuman manisnya. Semanis posisi dudukku saat itu. Tapi tidak manis untuk para disipliner yang mengawasi dengan sinis.
Oh, ternyata dia Produser Trans. Dia bercuap seru di depan aula. Aku memperhatikannya tanpa mengabaikan setiap momen dari posenya sambil sesekali mencatat bagian paling penting dari ucapannya. Lagi-lagi dia membuatku kagum. Dengan entengnya dia membanggakan fikom unisba. Banyak ucapannya yang ingin aku retweet. Semua yang dia bilang bikin aku yakin seyakin-yakinnya. “Mah, Pah, Regi pasti sukses kok di Fikom Unisba,” kalimat itu ternyiang dikupingku. Semakin jelas dan semakin tegas.
Tapi, selama itu belum terwujud, orangtuaku masih akan ragu dan mungkin akan memaksaku untuk kembali berkecimpung di dunia obat-obatan. Seperti apa yang mereka rencanakan sebelumnya. Mengatur aku untuk mengikuti kehendaknya dan menjudge itu sebagai kebaikan keluarganya.
Emang sih, keliatannya gampang buat jadi orang sukses. Nggak perlu jadi anggota bompai atau ngemil buku-buku tebel yang ada di perpus tiap hari. Orang sukses macam produser ini pun sepertinya pernah menyontek. Lah trus kesuksesan itu datangnya dari mana? Dewi Fortuna tak memberi jawabannya..
Bingung sih soalnya selama alumni jurnalistik unisba angkatan 99 itu berbincang di hadapan kami, dia nggak nyeritain perjalanannya kenapa dia bisa masuk ke trans. Padahal itu episode yang aku nanti. Mungkin karena waktu terbatas. Tapi sejauh itu, cukup banyak pengetahuan yang bisa aku tangkap darinya. Suatu saat aku bisa tau cerita itu. Aku yakin, dibalik kesuksesannya pasti banyak pengalaman pahit yang nggak semua orang bisa menaburkan gula didalamnya. Hingga ia menjadikannya manis seperti senyumnya yang masih terukir manis di DP BBMnya.
Aku emang bukan siapa-siapa dia. Dia tercatat jadi mahasiswa unisba 10 tahun lebih dulu daripada aku. Kalaupun suatu saat aku ketemu lagi sama dia, kemungkinan besar kita gak bakalan saling sapa. Seperti saat itu, ketika dia hanya melemparkan senyuman pada seorang tukang parkir. Dan mengemudikan mobil hitamnya menjauh dari kampus. Yah, aku tau dia pemateri PPMB waktu itu. Dia nggak mungkin tau siapa aku. Tapi aku mencoba memperkenalkan siapa diriku. Awalnya aku ragu. Takut dikira nggak sopan atau so’ kenal. Saking pengen menjalin hubungan baik dengannya, beberapa kali aku edit kata-kata yang ada di bbmku. Sebelum aku kirim. Beberapa kali aku improve, aku benerin diksinya wah pokoknya layaknya seorang redaktur, yg namanya E.Y.D kudu T.O.P B.G.T deh.. hehe..
Tapi, makin lama sih makin woles orangnya. Sampe-sampe aku ketemu dengannya dan mengajaknya bincang bareng temen-temen komunitas broadcastingku.
Seneng kalo sharing sama dia soalnya, ucapannya selalu ada benernya. Bener-bener tipe homo sapiens. Seorang propaganda.
“Filsafat nggak perlu dihafalin. Justru diwaktu kita bingung ngerjain soal, itu artinya kita lagi berfilsafat,”
Maaf yah bu Rita Gani, kalo di kertas jawabanku ada tulisan yang menyinggung ke situ, ini loh bu orang yang ngajarin saya. Hehhe...
Selain itu dia bilang kalo lagi ujian emang nggak perlu ngapalin. Justru di waktu dosen nerangin kita harus bener-bener ngerti dan mereviewnya di rumah. Kalo ngapalin dadakan pas mepet ujian, semua yang kita inget kebelakang itu bakalan lupa. Dan sialnya apa yang kita hafalin tadi pas dadakan itu nggak keluar. Hemmeh -_-‘ gendok kan men??
Tapi emang itu sih yang dari dulu aku terapkan. Soalnya kalo nggak gitu, kuliahku bakalan keteteran. Mana ada coba mahasiswa kerja ampe malem sementara besoknya UAS. Beres ujian, anak-anak kupu-kupu (kuliah pulang) gue mondar-mandir nyari berita.  Yah mn ada atmosphere ujian kayak gue gni woles-woles aja. Si selvi nge sms nanyain hand out kisi-kisi, aku bilang halaman sekian dan pada saat itu aku masih di depan komputer kantor ngejar-ngejar deadline berita. Untungnya, soal-soal yang di UAS itu banyak banget yang keluar pas dosen nerangin.
Akhirnya, di pertemuan kali kedua itu, aku berhasil mendapatkan cerita yang aku tunggu-tunggu selama 3 bulan. Dia menceritakan pengalamannya masuk trans. Barengan salah seorang temannya. Dan yang bikin bangganya, tangga mesjid dan SM jadi saksi awal kisah kesuksesannya.
(kenapa bangga? Ada somethinglah...)
Ternyata benerkan spekulasiku. Nggak gampang dia meraih semua itu. Butuh kerja keras, iklas dan yang paling utama adalah niat. Dimana ada niat, disitu ada jalan. Oh jadi jawabannya niat.
Semua orang boleh sukses. Sukses itu kan hak asasi manusia. Semua orang pernah mengalami kesuksesan. Bahkan, terlahir di dunia itu udah dibilang sukses kan? Cuman, bedanya nggak semua orang tau jalan kesuksesan itu.
Adalah sebuah keajaiban ketika sebuah impian bisa menjadi kenyataan. “rahasia kebahagiaan adalah  dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini tanpa melupakan tetesan air yg ada di sendokmu,”(alchemist)

Kucing di angkot

oleh Reggi Aristy pada 5 Februari 2012 pukul 21:40 ·
Sore itu aku  berjalan melintasi kerayapan kendaraan yg melintas sekitar daerah PVJ. Suasana masih ramai dengan lalu lalang pejalan kaki dan beberapa pasukan si hijau yang sesekali memberhentikan kendaraan bermotor. Tanganku masih lekat dengan ponselku. celingak-celinguk nggak jelas nggak tau naik angkot apa. dari pada nyasar, mending nanya orang. eh ternyata orang yg ku tanya adalah org yg ku kenal. rupanya kita punya nasib yang sama. nggak tau jalan, nggak tau naik angkot apa. di depan halte itu kami menjadi dua insan galau ditengah kepadatan kota bandung. beruntung ternyata ada satu korban lagi. seorang gadis cantik berkacamata gaul, dengan behel yang nangkring disela senyumannya, dia bertanya pada kami arah pulang ke rumah. kamipun tertawa karena kami sama-sama nggak tau juga. lengkap sudah kita bertiga memutuskan utk menjadi sekawan sepenanggungan saat itu. Aku dan finka teman SMAku, serta gadis yg mengaku berstatus SMA di pribadi yg baru kami kenal itu, akhirnya kita sama2 nanya ke tukang angkot.
Seusai turun di IP pada angkot pertama, aku berpisah dengan mereka. mereka berdua naik angkot yg sama karena ternyata rumah mrk deketan. aku naik angkot sendiri naik caheum ciroyom. sebelumnya aku mampir dulu ke KFC beli sundaes. bukan so gaya atau iklan produk, tapi saat itu uangku hanya ada satu. itupun berwarna merah. tadi aja dibayarin sama finka ongkosnya.
akhirnya, sekarang uang berwarna merah muda itu, menjadi lembaran yg terkontraminasi. ada yg lecek ada juga yg jejreg. tapi nggak pentinglah yg penting masih laku.
sepanjang jalan didalem angkot aku ngerasa risih sama beberapa anak mahasiswa ntah kampus mana. mereka ketawa-ketiwa nggak ngajak-ngajak, sambil was wes wos ngomongin koreaalay. bilang park shien young, le min jong, Asaaa Hayang NAJONG... (*sentimen gue nggak suka korea men)
beberapa menit setelah lama ngetem, ada dua org naik angkot. ibu-ibu sama anaknya.
mereka berpakaian jorok dengan bau yg sangat mencolok.
rambut kusut dibiarkan menjabrik. belum lagi asesoris dibiarin bergelantungann dibenang kusut itu.
dirambutnya ada daun2n, daun2 yg suka aku pake anjang2n, kayak daun katuk gitulah tapi kecil2 banyak banget dirambutnya. inget waktu sd kalo ada temen yg nabur daun diatas rambut aku, mereka bersorak "orang gila, ada orang gila,"
persis seperti orang gila. tapi aku nggak mau menjudge mereka gila, takutnya kedengeran atau telinganya panas ngerasa ada yg ngomongin.
nggak cuman daun2 yg ada di rambut mereka, ada peniti, lakban, paku payung, paku beton, kunci inggris, buset segala ada.  kayaknya kalo dikeramas itu kutu bejibun gila,,,hehe
sejenak aku menatap kaca angkot sambil melirik jalanan. tiba-tiba ada suara bunyi kucing disebelahku.
ah mungkin itu ring tone HP org. tapi kok bunyinya lain lain. meong meong tapi iramanya beda2.
aku berniat utk melihat tipe HP org yg membunyikan suara kucing itu.
pas aku lirik. BuSET dah itu kucing beneran.
anak kecil yg dibawa sama si ibu gelandangan itu ternyata membawa kucing. digendong layaknya bayi.
dicium2in di cup-cupin...haduhh gustii aku makin risih dan menggeser badanku menjauh darinya.
mereka berpakaian rock n roll.
baju sobek2, rok sobek2, pokoknya compang camping deh. mukanya juga nggak pernah difacial.
apapun itu lah aku cukup prihatin melihat keadaan mereka. aku hanya berharap dlm hati berdoa semoga mereka selalu diberkahi oleh allah. bukan mksud pelit, tadinya aku mau ngasih uang tapi takut dikira melecehkan. abis bingung ngebedain antara org normal sama org gila. soalnya si ibunya itu sesekali ngomong sendiiri.
takutnya kalo aku kasih duit malah ditagih minta nambah.
cerita belum beres, ada yg naik angkot lagi ternyata. wih mereka bule. suami istri dengan 3 anak ceweknya yang cantik kulitnya bener2 mulus. sangat kontras apabila dibandingkan dengan dua gelandangan tadi. terawat, dan yg tdak terawat.
si anak bule kaget. was wes wos gue ngerti sih ngomong apa, iintinya kaget liat kucing diangkot.
si mamah bule itu  mengernyit dahi mungkin dlm hatinya bilang "buset dah org indo freak abis, kucing aja digendong2 sambil dicium-ciumin nggak takut bengek apa?"
sesampainya di simpang dago mereka turun sama2, eh nggak denk duluan si bule sama rombongan cewek yg udh lama jempling nggak ngomongin korea lagi diangkot. pas disebrang baru deh dua gelandangan alias si ibu dan si anak yg masih nyium2 kucing gendongannya turun dari angkot. awalnya aku ragu kalo si ibu itu mau ngasih ongkos. eh tau nya dia ngusek2 sesuatu disaku rok gombrengnya. sambil sedikit mengepal, dia mengulurkan tangannya pada supir.
si supir tertawa sesaat setelah melajukan kendaraannya meninggalkan kedua gelandangan itu.
yah bagaimana tida tertawa, mereka hanya memberikan satu koin saja. yahhhh..seratus rupiah. entah ribunya kemana. yang jelas si supir berhenti tertawa dengan bijak berkata "nggak apa-apa neng sekalian nolongin orang. Abis daritadi saya liat nggak ada angkot yg mau berhenti ngasih tumpangan sama mereka,"

Ke sana Ke mari Mencari si Mamat


“Aku yakin, dia pasti dateng kesini. Kalo nggak sekarang mungkin besok,” kataku sambil meninggalkan Nuga sendirian di taman.
“Mau ampe kapan kamu kayak gini terus? Dia udah berubah Al,” teriak Nuga yang kemudian mengikuti langkahku.
“Dia nggak berubah Ga! Aku nggak percaya sama gosip yang orang bilang. Aku yang lebih deket sama dia. Mamat  masih kayak yang dulu,” Aku bersikeras meyakinkan Nuga.
“Kenapa sekarang dia ninggalin kamu, Almira? Bukannya dia bilang kalo dia sayang sama kamu?” ungkap Nuga sambil memegang tangan kiriku. Namun aku melepasan sentuhan dinginnya.
“Kenapa sih kamu selalu nyuruh aku ngelupain Mamat? Kamu nggak suka aku jadian sama Mamat? Kamu cemburu?”
“Bukan gitu Al, tapi aku ngekhawatirin kamu,”
“Makasih Nuga. Tapi aku nggak butuh khawatir kamu. Aku cuma butuh Mamat,”
“Suatu saat kamu pasti bakal tau siapa dia sebenernya,”
Aku percaya sama dia. Aku yakin dia punya alesan kuat kenapa sampai saat ini dia nggak ngasih kabar. Aku udah  nyariin dia ke sana ke mari, tapi udah sebulan ini aku nggak liat batang idungnya.
***
Sambil membuka pintu dan mengucapkan salam, aku berlari kecil menuju kamar tidur dan melemparkan tubuh mungilku di atas kasur Winie the pooh. Belum sempat aku memejamkan mata, seseorang dengan suara melengking memanggilku.
“Teteh-teteh! Itu ada temen di ruang tamu. Cowok da! Liat gera cepet keluar,”
Mendengar ucapan adikku Nanda, aku langsung beranjak dari kasur dan merapihkan sedikit rambutku yang berantakan.
“Aku kangen kamu boneka salju,” Mamat memelukku dengan erat.
“Aku juga kangen kamu beruang madu,” Aku membalasnya dengan hangat.
“Maaf selama ini aku pergi tanpa pamit. Aku bener-bener galau Al,” Mamat menatap kedua mataku.
“Sebenernya ada apa sih? Ada masalah sama keluarga kamu? Atau ada yang salah sama diri aku?” Aku membalas tatapannya.
“Aku nggak bisa kayak dulu lagi Al,” Mamat tertunduk.
“Maksud kamu?”
“Aku minta maaf Al. Aku nggak bisa jadi apa yang kamu mau. Aku udah coba berubah. Tapi aku nggak bisa,” Ujar Mamat. Matanya sedikit berbinar.
“Jadi apa mau kamu,” tanyaku sedikit lemas.
“Aku mau kamu lupain aku. ini jalanku. Ini cara hidupku. Aku nggak bisa ngelupain dia Al,”
Dia memegang kedua tanganku. Namun, Aku tersentak kaget ketika dia bilang kalo dia nggak bisa ngelupain orang lain yang ada di hatinya. Tuhan, bantu aku. Seakan ada injeksi yang tersangkut di dalam kerongkonganku. Aku segera melepaskan eratan tangannya yang kini tak se-chemistry dulu lagi.
“Dia? Oh, jadi yang orang lain bilang tentang kamu, itu bener? Siapa dia?”
“Dia…. Nuga! Sahabat kamu,”
Aku terdiam. Kali ini hati berkata lain. Biarlah hanya benalu dan beberapa kecubung saja yang mengerti. Disaat seperti ini, ijinkan aku mempertanyakan “Dimana engkau letakkan aku?”(reggi)



Comments system

Disqus Shortname

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Instagram Photo Gallery