Wednesday 21 March 2012

Ke sana Ke mari Mencari si Mamat


“Aku yakin, dia pasti dateng kesini. Kalo nggak sekarang mungkin besok,” kataku sambil meninggalkan Nuga sendirian di taman.
“Mau ampe kapan kamu kayak gini terus? Dia udah berubah Al,” teriak Nuga yang kemudian mengikuti langkahku.
“Dia nggak berubah Ga! Aku nggak percaya sama gosip yang orang bilang. Aku yang lebih deket sama dia. Mamat  masih kayak yang dulu,” Aku bersikeras meyakinkan Nuga.
“Kenapa sekarang dia ninggalin kamu, Almira? Bukannya dia bilang kalo dia sayang sama kamu?” ungkap Nuga sambil memegang tangan kiriku. Namun aku melepasan sentuhan dinginnya.
“Kenapa sih kamu selalu nyuruh aku ngelupain Mamat? Kamu nggak suka aku jadian sama Mamat? Kamu cemburu?”
“Bukan gitu Al, tapi aku ngekhawatirin kamu,”
“Makasih Nuga. Tapi aku nggak butuh khawatir kamu. Aku cuma butuh Mamat,”
“Suatu saat kamu pasti bakal tau siapa dia sebenernya,”
Aku percaya sama dia. Aku yakin dia punya alesan kuat kenapa sampai saat ini dia nggak ngasih kabar. Aku udah  nyariin dia ke sana ke mari, tapi udah sebulan ini aku nggak liat batang idungnya.
***
Sambil membuka pintu dan mengucapkan salam, aku berlari kecil menuju kamar tidur dan melemparkan tubuh mungilku di atas kasur Winie the pooh. Belum sempat aku memejamkan mata, seseorang dengan suara melengking memanggilku.
“Teteh-teteh! Itu ada temen di ruang tamu. Cowok da! Liat gera cepet keluar,”
Mendengar ucapan adikku Nanda, aku langsung beranjak dari kasur dan merapihkan sedikit rambutku yang berantakan.
“Aku kangen kamu boneka salju,” Mamat memelukku dengan erat.
“Aku juga kangen kamu beruang madu,” Aku membalasnya dengan hangat.
“Maaf selama ini aku pergi tanpa pamit. Aku bener-bener galau Al,” Mamat menatap kedua mataku.
“Sebenernya ada apa sih? Ada masalah sama keluarga kamu? Atau ada yang salah sama diri aku?” Aku membalas tatapannya.
“Aku nggak bisa kayak dulu lagi Al,” Mamat tertunduk.
“Maksud kamu?”
“Aku minta maaf Al. Aku nggak bisa jadi apa yang kamu mau. Aku udah coba berubah. Tapi aku nggak bisa,” Ujar Mamat. Matanya sedikit berbinar.
“Jadi apa mau kamu,” tanyaku sedikit lemas.
“Aku mau kamu lupain aku. ini jalanku. Ini cara hidupku. Aku nggak bisa ngelupain dia Al,”
Dia memegang kedua tanganku. Namun, Aku tersentak kaget ketika dia bilang kalo dia nggak bisa ngelupain orang lain yang ada di hatinya. Tuhan, bantu aku. Seakan ada injeksi yang tersangkut di dalam kerongkonganku. Aku segera melepaskan eratan tangannya yang kini tak se-chemistry dulu lagi.
“Dia? Oh, jadi yang orang lain bilang tentang kamu, itu bener? Siapa dia?”
“Dia…. Nuga! Sahabat kamu,”
Aku terdiam. Kali ini hati berkata lain. Biarlah hanya benalu dan beberapa kecubung saja yang mengerti. Disaat seperti ini, ijinkan aku mempertanyakan “Dimana engkau letakkan aku?”(reggi)



No comments:

Post a Comment

Comments system

Disqus Shortname

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Instagram Photo Gallery