Tak hanya untuk sekedar menikmati pemandangannya, di sini kamu juga bisa melakukan panjat tebing atau ber-camping ria. Di malam hari, kamu bisa memburu foto milky way atau menimati gelemerlap lampu Kota Bandung yang bertaburan indah. Oia, satu hal yang perlu sama-sama kita ingetin. STOP VANDALISME! Ulah curat coret, alay.. Teks & Foto @reginaristiana +Regina Aristiana |
Friday, 12 February 2016
Pengen "niis" dimana? Gunung Batu Lembang Cocok Nih!
Friday, 5 February 2016
D'pakar! Kafe Nuansa Alam di Bandung
Dago Pakar selalu jadi sudut favorit untuk menikmati keindahan Kota
Bandung. Tak jarang, dikawasan ini terdapat beragam resto dan tempat hangout
dengan menyajikan pemandangan yang menakjubkan.
Pernah dengar D’Pakar Kafe? Kafe yang lagi kekinian ini
terletak di kawasan Dago berada di Desa Ciburial, tak jauh dari Taman Hutan
Raya (Tahura) Dago dengan rute searah ke Tebing Keraton. (Udah lama sih
kekiniannya cuman baru sempet dipost aja)
Kafe ini berdiri dipinggir tebing sehingga pohon pinus dan
sejumlah pemandangan indah berupa hutan dan barisan pegunungan Tangkuban Perahu
sampai Manglayang akan menemani nikmatnya santapan di kafe ini.
Harris selaku owner
awalnya tak sengaja menjadikan halaman rumahnya sebagai kafe. Sejumlah remaja
tiba-tiba datang untuk meminta ijin berfoto-foto. Ia tidak menyangka kalau
semenjak dari situ mulai banyak yang datang dan berfoto. “Tau dari instagram
katanya,” ungkap Aa manis ini sambil mengingat kafe yang dibentuknya sejak
2011.
Karena mulai banyak yang datang, Harris memberanikan diri
untuk menjadikan halaman rumahnya sebagai kafe. Terdiri dari dua konsep, bagian
indoor Kafe ini berupa rumah tradisional yang berbentuk joglo dari kayu jati
dilengkapi dengan meja dan kursi unik yang terbuat dari kayu. Sedangkan konsep
outdoor menawarkan pemandangan perbuktian dan hutan pinus. Jarak tiap kursi
sangat lenggang. Ada yang diatas rumput, dibawah pohon dan dipojokan.
Untuk makanan yang disajikan di kafe ini memang belum
terlalu banyak.
Karna kafe ini sebenernya menjual tempat yang indah. Makanannya
terdiri dari olahan roti, mie dan nasi goreng. Untuk Minumannya berbagai
variasi susu murni dan kopi. Untuk kamu yang ingin datang ke D’Pakar Kafe, karena
kafe ini tidak buka sampai malem, Regi saranin sih dateng siang atau sore.
Wednesday, 3 February 2016
Curug Citambur, ini loh Jurasic Park-nya Cianjur!
Curug Citambur pas lagi mendung-mendungnya |
30 Januari 2016 (23.35 pm)
“Pokoknya jam enam teng kita berangkat ya,” ujar Selvi dimultichat telegram.
“Pokoknya jam enam teng kita berangkat ya,” ujar Selvi dimultichat telegram.
***
31 Januari 2016 (06.20 am)
Solat subuh sih iya, tapi gatau kenapa kasur narik-narik buat ngajak bobo cantik. Rencana untuk bisa berangkat sepagi-paginya nyatanya hanya sebuah wacana.
Solat subuh sih iya, tapi gatau kenapa kasur narik-narik buat ngajak bobo cantik. Rencana untuk bisa berangkat sepagi-paginya nyatanya hanya sebuah wacana.
“Udah pada bangun belum? Aku baru beres mandi nih,” Selvi langsung ngechat.
“Iya udah ko,” Aku balas.
“Iya udah ko,” Aku balas.
Engga lama kemudian, hp berdering. Holis nelpon kalo doi udah otw dan nyuruh aku buat cepet-cepet mandi. Akupun langsung lari ke kamar mandi dan engga tau kenapa tiba-tiba kamar mandi gelap banget dan pas ngebuka mata ternyata aku masih berada di atas kasur. Sialan! Mimpi…
Aku langsung ngechat holis tapi masih belum dibales-bales.
Aku langsung ngechat holis tapi masih belum dibales-bales.
(08.45 am)
“Gimana dong, holis ga ada kabar,” aku tak henti beberapa kali nge-ping di kontaknya Holis.
“Iya, aku juga udah ngajakin yang lain tapi belum pada bales,” kata Selvi yang baru sampe di rumahku.
“Iya sih, pasti pada gak bisa karena kita dadakan ya?”
“Gimana dong, holis ga ada kabar,” aku tak henti beberapa kali nge-ping di kontaknya Holis.
“Iya, aku juga udah ngajakin yang lain tapi belum pada bales,” kata Selvi yang baru sampe di rumahku.
“Iya sih, pasti pada gak bisa karena kita dadakan ya?”
Gak lama kemudian, Holis langsung nelpon
“Ahhhhh… Maafin baru bangun. Kalian udah pada berangkat ya?” kata Holis dengan nada sedikit panik
“Sia mah ih ditungguan teh! Cepetan, kita nungguin dari tadi!” ujarku sedikit kesel.
“Ahhhhh… Maafin baru bangun. Kalian udah pada berangkat ya?” kata Holis dengan nada sedikit panik
“Sia mah ih ditungguan teh! Cepetan, kita nungguin dari tadi!” ujarku sedikit kesel.
Aku dan Selvi menuju ke guesthouse tempat Ka Andri menginap. Sekitar lima menit dari rumah. Ka Andri ini kerja di Jakarta. Doi pengen jalan-jalan di Bandung terutama ke tempat yang instagrammable banget. Tapi karena kemaren kita ke Lembang dan gak menyenangkan karena penuh dan macet, aku bujuk doi untuk ikut ngejarambah ke Curug Citambur.
“Masih mau ngantri foto di depan rumah hobits? Yuk ikut aja ke Jurasic Park nya Jawa Barat!” ungkapku pada Ka Andri. Gak lama kemudian, Holis pun datang dan kita berempat langsung berangkat. (10.47 am)
Curug Citambur berjarak kurang lebih 65 Km dari pusat Kota Cianjur dan 40 Km dari Ciwidey, Kabupaten Bandung. Letak Curug Citambur cukup berdekatan dengan Kabupaten Bandung dan masih berada dalam deretan perbukitan yang membatasi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur. Sepanjang jalan, kita disuguhi oleh pemandangan kebun teh yang vscocam banget. Siang itu cuaca sedikit mendung dan ada efek kabut-kabutnya. Amazing banget deh pokonya...
Setelah melewati kawasan Ciwidey, kami beristirahat sejenak di sebuah mesjid untuk melaksanakan shalat dzuhur. Pas lagi wudhu, airnya seger banget sesegar hati ini yang gak sabar pengen ketemu sama kamu. iya kamu Curug Citambur.
Nah, setelah melanjutkan perjalanan, sesampainya di Desa Cipelah, jalanan yang kita lewati malah terjal dan rusak. Kebayang kalo musim ujan gimana licinnya. Apalagi bawa beban kayak badan aku ini. Kasian kan motornya.
Gak cuman rusak diperparah juga dengan tanjakan yang super nanjak. Meskipun kita sedikit kesusahan karena menghadapi jalanan yang rusak, kita gak pernah ngeluh (kecuali Ka Andri) karena Aku, Selvi dan Holis udah pernah diospek waktu jalan-jalan ke Curug Malela beberapa tahun lalu.
"Ada pesawat dari sini yang langsung ke jakarta gak?" Kata Ka Andri.
Karena ngeliat Ka Andri kewalahan dan daritadi manggil-manggil tim Sar, kami pun memutuskan untuk istirahat di sebuah warung kecil.
Gak cuman rusak diperparah juga dengan tanjakan yang super nanjak. Meskipun kita sedikit kesusahan karena menghadapi jalanan yang rusak, kita gak pernah ngeluh (kecuali Ka Andri) karena Aku, Selvi dan Holis udah pernah diospek waktu jalan-jalan ke Curug Malela beberapa tahun lalu.
"Ada pesawat dari sini yang langsung ke jakarta gak?" Kata Ka Andri.
Karena ngeliat Ka Andri kewalahan dan daritadi manggil-manggil tim Sar, kami pun memutuskan untuk istirahat di sebuah warung kecil.
Sambil nunggu indomie mateng, aku ngajakin ibu warungnya ngobrol-ngobrol.
“Bu, kok banyak pungutan liar ya disetiap jalan,”
“iya neng itu mah udah biasa,”
“tapi bener itu teh uangnya buat perbaikan jalan?”
“gatau neng, tapi yang ibu tau sampe sekarang jalannya masih gini-gini aja,”
“iya neng itu mah udah biasa,”
“tapi bener itu teh uangnya buat perbaikan jalan?”
“gatau neng, tapi yang ibu tau sampe sekarang jalannya masih gini-gini aja,”
"Oh gitu ya. oia bu, kalo ke Curug Citambur berapa lama lagi ya?"
"Oh sebentar lagi,"
"Sebentar lagi itu seberapa lama lagi bu?" tanya Holis yang udah faham kalo ukuran sebentar lagi antara warga sekitar dan kita itu jauh berbeda.
"Setengah jam lagi lah, Jang," Kamipun bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.
Karena merasa tidak yakin, Selvi memberhentikan motornya di depan sejumlah remaja yang tengah asik bercanda tawa.
"A, punten mau tanya,"
"Tanya apa teh, sini nanya ke saya aja," mereka pun silih berebutan
"Kalo Curug Citambur masih jauh ga?"
"Deket sih teh, sedeket hati aa sama teteh,"
"Ih serius atuh a,"
"Ya teh, Curug Citambur mah udah kelewat. Itu gening sebelah kanan ada gapuranya ada tulisannya. Kalo dari arah sana mah emang ga keliatan soalnya penujunjuknya menghadap ke sini," Ujar salah seorang dari mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, kami balik arah dan lebih berhati-hati lagi untuk menemukan gapura yang diberitahu oleh si aa tadi.
(15.40 pm)
Finally, i found it! |
Akhirnya sampai lah di pintu masuk Curug Citambur tepat di depan kantor Desa Karang Jaya. |
Karena kegirangan gak sabaran pengen liat Curug Citambur aku pun langsung berlari-lari melewati sawah dan beberapa tanjakan kecil. Setelah kami berfoto ria engga kurang dari 10 menit, tiba-tiba hujan gede. Kamipun langsung berlarian mencari tempat berteduh.
"Aku tau kenapa hujan, tandanya nyuruh kita buat shalat ashar dulu," ujarku mengajak yang lainnya ke sebuah mushala. Di dalam mushala ada ibu-ibu yang katanya warga setempat.
"Neng dari mana?"
"Dari Bandung, Bu," kata Selvi.
"Hati-hati neng pulangnya takut kemaleman,"
"Iya Bu, tapi di sini amankan?"
"Ih Neng puguh suka banyak begal. Komo tah dipengkolan eta poek jeung keu-eung,"
"Neng ada kenalan gak orang sini kalo bisa mah mending nginep aja. Besok pagi pulangnya," tambah ibu yang satu lagi.
Kami langsung saling bertatap meski sedikit ketakutan tapi kami serempak bilang kalo Senin harus langsung kerja. Apalagi Ka Andri yang harus pulang ke Jakarta karena senin paginya meeting di kantor. "Lahaula aja deh, Insya Allah, selamat," ungkap Holis.
Dan bener aja, sehabis kita Shalat Ashar hujan berenti dan awan seketika cerah.
"Yuk ah, jangan lama-lama biar pulangnya gak kemaleman," kata Selvi.
"Yuk ah, jangan lama-lama biar pulangnya gak kemaleman," kata Selvi.
Air yang jatuh dari ketinggiah 100 meter itu berbunyi bur, bur, bur, sehinga penduduk menyebut curug ini Citambur |
Curug Citambur ini memiliki ketinggian lebih dari 100 meter |
(17.35 pm)
Tuesday, 2 February 2016
Pesona Curug Bugbrug: Butuh Piknik? ke sini aja Ce Es!
“Mungkin,
Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum” –. Itulah sebuah kalimat yang
dipopulerkan oleh Pidi Baiq, yang menggambarkan sisi keindahan alam Bandung dan
sekitarnya. Tak hanya soal kulinernya yang selalu nge-hits dan jadi incaran, Bandung juga memiliki sejuta pesona objek
wisata alam yang tentunya punya daya tarik tersendiri.
Nah, bicara soal objek wisata, Saya mau ngasih tau tempat rekreasi yang
masih sangat asri dan belum banyak yang tau loh! Curug Bubrug namanya.
Hidden paradise yang terletak di Kabupaten
Bandung Barat ini memiliki kedalaman lebih dari delapan meter dan ketinggian
1.050 meter di atas permukaan laut. Suasana sejuk dan gemuruh suara air terjun di sini cocok untuk untuk
mengobati hiruk pikuk aktivitas atau sekedar melepas penat dan ber-selfie ria. Kalo menurut aku sih, bagi yang suka meditasi atau yoga tempat ini cocok banget.
Akses menuju lokasi ini cukup mudah.
Dari arah Bandung, perjalanan dimulai dengan menuju Terminal Ledeng, lalu
mengambil jalan ke kiri menuju Parongpong. Jika dari Cimahi, dapat menggunakan
angkutan kota jurusan Parongpong. Kemudian, perjalanan dilanjutkan memasuki
gapura CIC Outbond, sebelum memasuki CIC, disebelah kiri Kamu akan menemukan
beberapa kios warung. Lalu memasuki jalan setapak yang tak jauh dari kios
tersebut.
Usai menapaki jalan kecil, kamu akan
melintasi sungai dan beberapa tebing. Sedikit lelah akan terobati setelah
mendengar gemercik air yang menandakan akan segera sampai. Ketika saya datang, Pak Mangsur (36 Tahun) dengan ramahnya menyapa dan menghampiri. Memang
belum secara resmi ada biaya tiket masuk. Namun, untuk kebersihan, Penjaga
Curug Bubrug yang sudah sejak lahir tinggal dan bertani disekitar kawasan curug
ini memunguti Rp.5000/orangnya.
instagram @reginaristiana |
Waktu yang tepat untuk mengunjungi
Curug Bugbrug adalah ketika musim hujan, karena volume jatuhan airnya akan
mencapai volume terbesar. Pastikan Kamu membawa bekal air dan keperluan
lainnya. Gunakan sepatu yang cocok untuk hiking
karena jalanan yang dilewati cukup licin.
Sejumlah fasilitas seperti toilet,
warung yang tersedia dikawasan ini memang belum memadai. Beberapa saung kecil
terpasang namun tak terpakai dan nampak tak terurus. Mungkin, karena jarang ada
wisatawan yang datang ke tempat ini dan masih dalam tahap pengembangan.
Tunggu apalagi? Persiapkan dirimu untuk menjelajahi Curug Bubrug. Tetap jaga kebersihan dan taati peraturannya ya! |
Subscribe to:
Posts (Atom)