Friday 6 June 2014

Tuhan Bersama dengan Mahasiswa yang Berjuang Melawan Soal Statistik


Biarpun punya kesamaann kata belakang -"Tik", Statistik dan Jurnalistik itu adalah dua hal yang gak bisa disamain kemudahannya. Baik jurnalistik, Statistik, Mistik atau hal lain yang berin-Tik rintik. Statistik itu ilmu pasti. Biarpun aku adalah orang yang butuh kepastian, bukan berarti kepastian dari ilmu statistik ini yang aku cari.  Mungkin sama halnya dengan masa lalu. Masa lalu itu pasti, dan yang gak pasti itu masa depan .. *ya kali --"

Tapi beneran deh, mungkin diliat dari tampang, si mantan anak farmasi ini udah keliatan kayak yang ahli dibidang statistik. Di balik itu, padahal kalau udah liat soal statistik numpuk engga tau kenapa badan tiba-tiba gatal, panas dingin, mual-mual, susah buang air besar. Mungkin ini kali yang namanya gejala Alergi Statistik. Pengen banget ngeloncatin mata kuliah yang satu ini. Tapi apa daya, kalau harus melawan arus tapi ujung-ujungnya terhanyut juga.

Setidaknya, aku beruntung banget punya temen anak statistik. Tadinya, mau nge-joki gitu minta tolong sama dy buat ngegantiin aku ujian. Tapi khawatirnya ketauan si pengawas. Padahal di peraturan ujian gak ada tercantum peserta ujian boleh menyuruh orang lain untuk menggantikan ujiannya.

Jam belum menunjukan waktu jadwal ujian, tapi para mahasiswa udah bersiap menunggu di depan ruang dosen. Menanti kedatangan pengumuman ruang ujian. Kadang. bagian ini yang paling menyebalkan. Ketika para mahasiswa berlarian dan berdesakan saling siku menuju kursi panasnya. Berharap gak duduk di depan atau duduk paling belakang karna kalo duduk paling belakang suka disuruh maju ke depan. Tapi mau duduk dimanapun aku masih bisa tenang-tenang aja karena badanku yang sedikit kurang langsing ini bisa menutupi pengawasan dari sisi tv.

"Ruang berapa?" tanya salah seorang mahasiswi yang lagi sibuk benerin jas almamaternya.
"304! Cepet" ungkap rekannya sambil berlari menuju ruang yang dituju.
Setelah para mahasiswa seperjuangannya ini masuk kelas dan menduduki kursi panasnya, tiba-tiba ada salah seorang dari luar yang berlari sambil ngos-ngosan.
"Salah! 307A!" ujarnya dengan semangat.
Serentak, gerombolan yang merasa salah ruangan langsung berlari dan berhamburan keluar. Alhasil, yang tadinya berniat duduk di kursi strategis, udah keduluan sama yang dateng lebih awal.
Tapi ada yang lebih konyol lagi. Ketika seseorang berlarian menuju papan pengumuman melihat ruang ujiannya, ia berteriak 301 kepada teman-temannya. Padahal, ia masuk ke ruang 303. Nah yang satu ini penipu gadungan yang ngerjain para temennya. (Hahaha padahal ini kelakuan gue sendiri --") Lucu aja kali ngeliatnya udah kayak anak itik "Bringka". Bring kadie, bring kaditu...

Harapan terbesar pertama ketika duduk diruang ujian adalah berharap mendapatkan petugas yang woles. Zonk itu ketika mendapat pengawas Bu Santi dan Bu Rita Gani yang mengawasi bebarenga -__- *Adegan ini pernah dialami ketika ujian Komunikasi Massa.
Setelah menyiapkan alat tempur berupa pulpen, kalkulator, buku dan foto kopian kartu ujian yang ilang, aku bersiap menghubungi Rini. Sohibku yang pandai berstatistik.
Langsung aja, aku memasang muka so-soan lagi ngisi lembar jawaban. padahal, lagi ngisi nama dan nomor absen. Sekalian dikasih tulisan bismillah, "Semoga tuhan beserta dengan mahasiswa yang sedang berjuang melawan soal statishit.."

Ternyata, yang namanya bego itu ada dua macem. Bodoh murni dan semi bodoh. Kalau bodoh murni itu, ada soal ujian, ada rumus tapi dia gak bisa dan gak ngerti cara ngerjainnya. Sedangkan, semi bodoh, dia ngerti soal, tau rumusnya tapi gatau ngitungnya. Nah kayaknya sih aku termasuk semi bodoh spesialis statistik, Karena gak bisa nentuin 0,001 itu lebih kecil atau lebih besar dari 0,74. Yang manapun yang lebih besar, masih tetep besaran badan gue :( #skip

Dan pada akhirnya, aku bisa menyelesaikan soal statistik yang meskipun cuman 3 soal, tapi aku bersyukur bisa melewatinya dan plis, tuhan jangan sampai aku mengulang kejadian ini lagi. Baik dejavu, mimpi atau kenyataan yang sebenarnya. Terimakasih atas segala kelancaran yang engkau berikan. Tuhan, maaf kalau aku menyontek. Ini hanya segelintir momen darurat :/
Aku gak menyontek. Aku hanya membantu Rini untuk menguji sejauh mana ilmu statistik yang ia pelajari terserap. Ternyata, Alhamdulillah, ia bisa menyelesaikan soal yang aku foto langsung dari ruang ujian. Udah kek berasa live report gitu.





1 comment:

Comments system

Disqus Shortname

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Instagram Photo Gallery